Petani Mengolah White Melon Di Kecamatan Ngawen |
Blora,- Di Kecamatan Ngawen petani melon telah berhasil
membudidayakan White Melon. Buah berwarna putih
dan berukuran besar itu beken disebut Timun Jepang. Sebenarnya untuk
lokasi penanaman white melon, ada di enam kecamatan. Yaitu di Kecamatan Ngawen,
Doplang, Kunduran, Japah, Banjarejo dan Bogorejo, dengan jumlah petani sekitar
200 orang. Produk yang dihasilkan yaitu asinan white melon. Usaha ini di kelola
secara berkelompok dan Koperasi Cahaya
Wiratagama Mandiri Ngawen menyediakan bibit bagi petani, kemudian hasilnya dibeli
oleh Koperasi.
Ketua Koperasi Pujianto menjelaskan bahwa bentuknya
juga berbeda dengan timun biasa. Selain timun ini berwarna putih juga berukuran
besar, produknya diekspor ke Jepang, karena sudah ada kerja sama sebelumnya, dengan
sistem plasma, masyarakat penanam timun Jepang merasa nyaman, karena ada
kepastian kontrak harga. “Keresahan petani yang biasanya ragu atas penyerapan
hasil panen dan terombang ambing akibat naik turunnya harga juga tidak terjadi.
Semua hasil panen diserap dengan harga yang sudah disepakati di muka,” jelas Pujianto.
Menanam timun Jepang secara ekonomi menguntungkan,
tidak kalah dengan jenis tanaman lain. Dia mencontohkan, perhitungan diatas
kertas, dalam satu hektar membutuhkan 8,000 benih. “Dalam satu batang timun,
bisa menghasilkan buah antara 3-7 kg, bahkan dengan produk Marolis bisa
mencapai 9 kg. Ambil saja misalnya 4 kg pertanaman, maka hasil keseluruhan ada
32 ton. Dengan harga menengah Rp 1.400 perkilo, maka dalam 1 hektare akan
menghasilkan uang Rp 44,8 juta. Misalnya ongkos olah tanah dan tenaga kerja
sebesar Rp 10 juta maka hasil bersih yang bisa dinikmati petani adalah Rp 34,8
juta. Sebuah angka yang cukup fantastik untuk hasil tanaman yang berumur habis
2 bulan. Padahal petani kita ada yang bisa berhasil panen 5 kg per tanaman,”
paparnya.
Sebelum di ekspor ke luar negeri, usai dipanen dari
ladang, timun dikumpulkan di gudang, dibelah, dikeluarkan isinya, diberi garam,
dan dibiarkan selama 1 bulan. Sementara untuk isinya akan dibuang. Namun
sebelum dibuang, buah ditimbang dulu. “Jadi petani tidak dirugikan, karena
ditimbang berikut isinya,”ungkap pria berambut gondrong tersebut.
Untuk mendapatkan hasil yang masksimal, timun hasil
panen dipisahkan sesuai dengan kondisinya. Biasanya disebut katagori A, B dan
C. Sehingga bisa dipastikan produk benar-benar bagus dan berkualitas. “Katagori
A dihargai Rp 1.850 perkg, B Rp 1.400 dan C 500 rupiah per kg,” tambahnya.
Dengan adanya proses Timun Jepang ini, bisa membawa
berkah terhadap masyarakat sekitar, serta mengurangi pengangguran. Setidaknya
ada 30 orang pekerja yang tiap hari melakukan aktifitasnya di gudang tersebut. “Mereka
terdiri dari 25 perempuan dan 5 orang laki-laki. Untuk upahnya, laki-laki
sebesar Rp 55 ribu perhari dan perempuan
sebesar Rp 40 ribu,” jelasnya.
Sementara itu, Maryam salah satu karyawan di gudang
timun Jepang mengaku sudah mulai bekerja usai lebaran kemarin. Dia hanya
bertugas untuk membelah buah tersebut, lainnya ada yang mengerjakan
sendiri-sendiri. “usai membelah timun jepang ini, setiap hari kami mendapat
upah 40 ribu rupiah,” jelas Maryam. (adi sanrico)
0 comments:
Post a Comment