Gereja Tua di Kecamaan Cepu |
Blora,- Sebuah
bangunan gereja merupakan hasil arsitektur suatu zaman, yang mencakup banyak
hal, terdiri dari unsur theologis, unsur ketekunan yang besar baik dalam hal waktu, unsure ketrampilan maupun unsur biaya, yang telah dibangun oleh para ahli terbaik pada zamannya.
Dengan menggunakan
teknik-teknik bangunan yang paling mutakhir pada saat itu, masyarakat berusaha membuat tempat beribadah senyaman
mungkin agar para anggotanya betah dan senang mendatangi ceramah dalam gereja
yang disampaikan oleh para pendeta.
Maka menikmati
gereja pada zaman klasik (sebelum abad pertengahan/zaman gereja purba sampai
akhir abad pertengahan) berarti menikmati perjalanan budaya berabad-abad lamanya.
Itulah sebabnya, di
dalam perjalanan sejarah terdapat kekhususan gaya/motif bangunan gereja sebagai
ungkapan kebudayaan zaman itu. Seperti halnya tempat ibadah umat
Kristen yang berada di Kecamatan Cepu ini sudah tergolong tua.
Berdiri dan Sejarah Karya kerasulan
Paroki St. Willibrordus Cepu
Gereja Katolik Cepu hidup, tumbuh dan berkembang
dengan perubahan sesuai perkembangan masyarakat sekitarnya. Persekutuan umat
beriman di Cepu telah menapaki usia yang tidak muda lagi.
Gereja katolik Cepu memiliki sejarah panjang, sejak
stasi jauh, paroki Gedangan Semarang pada tahun 1912, kemudian berpindah secara
administrasi menjadi stasi Paroki Santa Perawan Maria Kepanjen Surabaya dan
kemudian berdiri sendiri sebagai Paroki dibawah Keuskupan Disoses Surabaya.
Masa dibawah Paroki St. Yusup Gedangan
Semarang
Perjalanan hidup persekutuan umat Katolik tidak bisa
dilepaskan dari sejarah dan perkembangan paroki Santo Yusup Gedangan Semarang.
Pada tahun 1816 Paroki Santo Yusup Gedangan meliputi jawa tengah, daerah madiun
jawa timur serta Cianjur dan Indramayu di Jawa Barat dengan umat sebagian besar
warga prajurit Belanda dan pengurus perkebunan. Pada masa itu Paroki Gedangan
dilayani oleh pastor-pastor dari Belanda dan kemudian digantikan oleh imam
Jesuit sekitar tahun 1858.
Umat Katolik di Paroki Gedangan semakin berkembang
pesat mulai melebarkan sayapnya ke daerah timur meliputi : Blora, Cepu,
Bojonegoro, Doplang, Ledok dan Nglobo. Tercatat antara 1908 - 1926, sudah berlangsung
kunjungan - kunjungan rutin dari imam - imam jesuit dari Gedangan, bahkan
tercatat dua kali Vikaris Apostolik Batavia, Mgr.E.S. Luypen,SJ, menerimakan
sakramen krisma di Cepu pada tahun 1912 dan 1917. Tercatat pula pada rentang
tahun 1912 - 1932 di buku Baptis Paroki Gedangan sebanyak 103 orang di baptis
di Cepu dilakukan oleh 5 orang imam Jesuit.
Masa dibawah Paroki Santa Perawan Maria
Kepanjen Surabaya dan Perubahan menjadi Paroki
Sejak awal tahun 1932 Cepu menjadi pusat stasi dari
Paroki Santa Perawan Maria Kepanjen Surabaya yang meliputi Rembang/Lasem,
Blora, Bojonegoro, Tuban, Babat dan Lamongan. Umat Cepu semakin bertambah
dengan kedatangan pekerja - pekerja yang berasal dari klaten, Ambarawa,
Yogyakarta, Magelang dan daerah lain. Karena jumlah umat yang semakin besar
maka keberadaan bangunan gereja dirasa menjadi suatu kebutuhan, kemudian
dilakukan konsultasi serta persiapan seperti pengumpulan dana. Perusahaan
minyak BPM banyak berperan dalam pembangunan Gedung Gereja ini yang dimulai
tahun 1930 dan pekerjaan konstruksi dalam pengawasan Tuan C. Mooy dari BPM
bagian Teknik Sipil. Pemberkatan Gereja oleh Mgr. Van Velsen, SJ. Perfektor
Apostolik Batavia pada tanggal 20 mei 1931.
Pada tanggal 15 September 1932 Cepu berdiri sebagai
paroki dibawah kegembalaan pastor G. Ravestijn,CM, masuk wilayah Keuskupan
Dioses Surabaya dengan Uskup Mgr. J. Klooster, CM. Tanggal 15 September inilah
yang akhurnya digunakan sebagai peringatan Hari Ulang Tahun Paroki Santo
Willibrordus Cepu.
Dalam masa perkembangan dibawah kegembalaan RD.
Siprianus Yitno jumlah umat yang terdiri dari 6 wilayah, 21 Lingkungan serta
stasi yang jumlah secara keseluruhan kurang lebih 667 KK dan jumlah umat kurang
lebih 1841 jiwa (sensus penduduk tahun 2009). Perjalanan panjang masih dan akan
dilalui paroki St. Willibrordus Cepu. Dari stasi menuju paroki hingga menjadi
pusat yang biasa disebut dengan Kevikepan. Kevikepan Cepu yang meliputi Paroki
Bojonegoro, Tuban, Rembang,dan Blora. (adi sanrico)
0 comments:
Post a Comment