Blora,- Sudah menjadi suatu kebiasaan pada setiap 21 April Hari
Kartini senantiasa diperingati. Banyak cara memang untuk memperingati Hari Kartini
tersebut. Ada yang mungkin memperingati dengan mengenakan pakaian-pakaian adat
dan melakukan pawai berjalan keliling daerah, biasanya hal ini dilakukan oleh
adik-adik TK dan sekolah dasar, atau
mungkin ada dengan cara-cara yang unik.
Beberapa waktu lalu, Di Jakarta
ada yang memperingati Hari Kartini dengan cara bersepeda, tidak hanya bersepeda
biasa saja, melainkan mereka sekitar 10 orang wanita bersepeda mengarungi jalur
pantura. Persisnya dari Jakarta menuju Jepara yang berjarak 605 km.
Contoh Di Riau, Sindikat Kartunis Riau
(Sikari) mengajak warga Kota Pekanbaru untuk memperingati Hari Kartini pada
tahun lalu dengan cara yang unik, yakni dengan mengkartunkan “Kartini” di
kertas sepanjang 30 meter.
Selain dengan cara unik tersebut,
ada juga yang memperingati Hari Kartini ini hanya dengan cara memasang status
di media sosial yang menyatakan “Selamat Hari Kartini!”.
Apapun dan Bagaimanapun caranya
tidak ada yang salah, tidak ada yang salah dengan cara orang memperingatinya
masing-masing. karena tidak menjadi persoalan bagaimana cara kita memperingati
pahlawan nasional, justru yang menjadi persoalan adalah apakah kita yang
memperingati hal tersebut benar-benar memaknai esensi dari pada cara yang kita
gunakan untuk memperingati Hari Kartini tersebut.
Kita tahu bahwa Raden Adjeng
Kartini adalah seorang tokoh wanita dijamannya yang memang benar-benar
memikirkan nasib bangsa Indonesia pada umumnya, dan juga nasib wanita Indonesia
pada khususnya.
Semangat seorang Kartini
merupakan manifestasi wanita-wanita Indonesia mengambil perannya dalam hal
kemajuan bangsa. Dengan semangatnya di masa lalu, manfaatnya masih dapat
dirasakan oleh wanita-wanita Indonesia saat ini.
Supaya kaum wanita mendapat
pendidikan yang layak, semangat supaya kaum wanita untuk mendapat perlakuan
yang adil, dan semangat supaya kaum wanita mendapat tempat yang mungkin sejajar
dengan kaum lelaki meski Kartini tidak pernah bermaksud menempatkan kedudukan
kaum wanita sebagai saiangan dari pada kaum lelaki dalam perjuangan hidupnya.
Sebagaimana dalam salah satu tulisannya kartini menyatakan,
“Kami di sini memohon diusahakan
pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali, karena kami
menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan
hidupnya, tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum
wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya; menjadi ibu, pendidik
manusia yang pertama-tama.” (sumber: https://hilalhandika.wordpress.com/2012/04/21/dari-r-a-kartini-oleh-kartini-masa-kini-dan-untuk-kartini-masa-depan/).
Jika kita perhatikan dengan
seksama, semangat Kartini bukan karena untuk meninggikan kaum wanita melebihi
kaum lelaki karena ia menyadari fitrahnya. melainkan hanya ingin disetarakan
kedudukan wanita disamping kedudukan kaum lelaki.
Kartini menyadari pentingnya
seorang wanita dalam keluarga sebagai pendidik pertama dalam mencetak generasi
bangsa masa depan. Karena yang namanya pelajaran moral dan agama, pintu
masuknya hanya berada di dalam lingkungan keluarga, tentunya wanita harus bisa
mengambil perannya disana.
Namun, berbicara wanita masa kini
kita tidak bisa secara monolisme memandang perannya. Banyak peran yang bisa
dimasuki oleh kaum wanita di era saat ini. Di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara yang notabenenya sebagai era demokrasi ini, peran wanita dalam hal
berkontribusi terbuka lebar, baik berkontribusi bagi keluarganya ataupun bagi
masa depan bangsanya.
Kita tahu saat ini di tataran
pemuda saja, banyak wanita yang memang memiliki tingkat eksistensi yang tinggi,
kita tahu internet merketer terkenal indonesia yang sudah diakui dunia, dia
merintis bisnisnya dari bawah sampai dengan saat ini, dialah yang bernama Anne
Ahirra. Kita juga tahu seorang Sri Mulyani Indrawati mantan Menteri Keuangan Republik
Indonesia, terlepas dari polemik permasalahan neolib atau tidaknya Sri Mulyani namun
namanya sudah diakui dunia karena saat ini beliau pernah berkantor di IMF.
Di tataran dunia internasional,
kita tahu siapa Hillary Clinton, seorang menteri Luar Negeri Amerika Serikat
yang masuk di kabinet Barrack Obama. Di Asia kita mengenal nama Yingluck
Shinawatra, seorang perdana menteri wanita asal Thailand yang merupakan adik
dari mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra. Atau kita tahu seorang pejuang
wanita yang memperjuangkan hak bangsanya, pernah menjadi tahanan rumah oleh
junta militer yang berkuasa di negaranya, ia juga Pada tahun 1991, ia menerima
penghargaan perdamaian Nobel karena berjuang mempromosikan demokrasi di
negaranya tanpa menggunakan kekerasan dalam menentang kekuasaan rezim militer.
Dialah yang bernama Aung San Suu Kyi yang saat ini partainya mengklaim
memenangi pemilu parlemen di myanmar baru-baru ini.
Dari beberapa contoh tokoh wanita
Indonesia dan wanita dunia tersebut, jelas memperlihatkan kemajuan suatu bangsa
tidak serta merta terlepas dari peran kaum wanitanya. Bahkan, dimulai dari
pemilu 2004 terdahulu, pintu kaum wanita untuk lebih berperan sudah mulai
dibuka dengan di jaminnya keberadaan kaum wanita di parlemen.
Artinya, seiring dengan waktu dan
zaman, perjuangan R.A Kartini dahulu masih berdampak besar bagi keberadaan kaum
wanita untuk dapat lebih berkontribusi. Hanya tinggal sejauh mana kaum wanita
masa kini benar-benar menempatkan perannya dengan tepat dan tidak salah langkah
ideologis, mengaku mewarisi ideologis Kartini tapi tidak paham esensi dari
Perjuangan Kartini dalam membuat kedudukan wanita memperoleh haknya sama dengan
kaum lelaki tanpa harus menjadikan kaum lelaki sebagai saingannya.
Kesetaraan bukan berarti dalam
segala aspek kehidupan, namun dalam hal seperti layaknya hak memperoleh
informasi ataupun pendidikan yang layak.
Karena tetap ada hal-hal
yang secara kodrat yang melekat pada diri seorang wanita harus
tetap terjaga
sebagaimana dalam kutipan Kartini diatas. Semoga Harapan dan Cita-cita Kartini
di masa lalu dapat terus melekat dalam jiwa wanita masa kini, dan tentunya
Kartini masa kini juga berkontribusi bagi terbentuknya Kartini-kartini cilik
yang mungkin akan mengambil perannya menjadi generasi masa depan. (hss)
0 comments:
Post a Comment